01 Desember 2007

Cerita Tentang Fotografer Keliling


Bandung, 27/11/07. Seorang fotografer keliling mungkin tidak asing lagi dimata kita. Dengan peralatan fotografi seadanya fotografer keliling ini menawarkan jasa di tempat-tempat wisata atau mungkin berjalan dari satu tepat ke tempat lain untuk menawarkan jasa foto.

A. Toib Asgar yang sering ditsapa dengan A Toib, sudah lama berkecimpung menjadi fotografer keliling. Dia sudah menjadi fotografer keliling semenjak tahun 1968. Bila kita hitung sampai sekrang A. Toib telah menggeluti profesi sebagai fotografer keliling selama 39 tahun.

Sebelum menjadi fotografer keliling A.Toib sempat menggeluti beberapa profesi lain. A. Toib sempat menarik becak di kota bandung, pernah menjadi pedagang koran, dia pernah menjadi pedagang sayuran, kemudian dia juga pernah menjadi calo tiket bioskop. Namun tidak tau kenapa A.Toib suka dengan fotografi dan menetapkan langkah untuk menjadi fotografer keliling hingga sekarang.

Pada zaman sekarang orang harus bayar mahal untuk bisa menjadi seorang fotografer yang handal, namun berbeda halnya dengan A.Toib. A.Toib belajar fotografi dengan otodidak. A.Toib tidak pernah mengikuti pelatihan atau sekolah apapun yang berhubungan dengan fotografi. A toib belajar sendiri dan dengan melihat orang lain dia bisa mengais rejeki dari hasil jepretannya.

Kamera pertamanya didapat dari hasil arisan. Dari hasil arisan dia bisa membeli kamera pertamanya dengan harga Rp. 26.000. Harga yang mahal pada 39 tahun yang lalu. Setelah itu dia bisa mengumpulkan uang dam bisa membeli kamera Nikon FM 10. yang masih dipakai hingga sekrang. Karena ketekunannya ia mendapat hadiah dari Jonas Foto (salah satu studio foto ternama di Bandung). Hadiah tersebut berupa sebuah kamera saku digital. Denga demikian A.Toib sudah bisa melayani bila ada orang yang difoto dengan kamera digital. Paling tidak A.Toib bisa berbangga hati karena memiliki kamera digital.

Dalam perjalanannya sebagai fotografer keliling A.Toib mendapat banyak sekali pengalaman-pengalaman yang tidak terlupakan. A.toib mengaku, pada jaman dulu dia sering memotret artis-artis terkenal. Dia sering mendokumentasikan artis-artis dangdutn yang sedang manggung di Bandung. Dengan rasa bangga dia menyebutkan pernah memotret raja dangdut yang tersohor yaitu Roma Irama, ketika manggung di Bandung.

Sebagai fotografer keliling juga A.Toib memiliki segudang suka dan duka. Sukanya kalau “kalau saya dapat obyekan gede,” kata A.Toib. Dukanya jika cuaca hujan, karena tidak ada orang yang mau difoto dan mengurangi penghasilan A.Toib. Selain itu dia juga pernah ditipu orang. Ketika A.Toib mencetak foto, klien A.Toib tiba-tiba pergi tidak tau kemana, dan kebetulan kliennya belum membayar biaya cetak A.Toib, sehingga A. Toib merugi pada waktu itu. Tapi sekrang dia menyuruh orang untuk membayar terlebih dahulu sebelum fotonya di cetak. Jadi A.Toib tidak akan merugi lagi.

Pendapata A.Toib sebagai fotografer keliling juga tidak menentu. Untuk satu frame foto dia dibayar sekitar Rp. 5000 sampai Rp. 10.000. dalam satu hari dia bisa saja dapat Rp. 100.000, jika ada yang mencetak 10 foto. Namun kadang-kadang dia tidak pernah tidak mendapatkan sedikit uang pun.

Selama 39 Tahun sebagai fotografer keliling tidak ada perkembangan yang berarti dlam usaha fotografinya. Dia ingin membuka usaha fotografi yang besar tapi, karena membutuhkan modal yang besar dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menelusuri jalan dan menawarkan jasa fotografi. Sekrang dia hanya bisa berharap kepada pemerintah untuk memberikan modal usaha kepada dia.

Sekarang dia sudah berumur 64 tahun dan mungkin tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi dan mungkin tenaganya untuk berjalan menelusuri jalan-jalan kota. Namun, walaupun demikian dia sudah berhasil menghidupi keluarganya dari fotografi. Dia membesarkan ketujuh orang anaknya, lima belas cucu, dan satu buyut. Dan dia tetap setia dengan pekerjaannya dan tidak mau berpindah menjadi profesi lain. Sebab sekrang dia sudah malas untuk memulai profesi lain, mungkin disebabkan oleh umur yang semakin tua.

A.Toib juga berpesan kalau kebodohan membawa sengsara. Karena orang bodah sering ditipu orang. A. Toib adalah merupakan orang yang tidak pernah mengecap pendidikan. SMP saja dia tidak lulus. Namun dia bisa mempelajari sebua keahlian sehingga dia bisa mendapatkan uang dan bisa membiayai anggota keluarganya yang lain.

By: Saul Goorkey

16 komentar:

Anonim mengatakan...

Idenya bagus. Banyak rakyat kecil yang tidak terperhatikan lagi sama pemerintah.

Anonim mengatakan...

Rakyat kecil harus diperhatikan

Anonim mengatakan...

gw udah baca tentang Fotografer keliling. gw salut ma pak A.Toib,tanpa mempunyai keahlian dlm bidang fotografer, beliau dapat menafkahi keluarga besarnya. Beliau juga sabar dalam menghadapi cobaan. Beliau pantang menyerah,beliau tidak ingin dalam hidupnya bakat yg sebenarnya jauh2 beliau punya, tidak d manfaatkan dengan baik. Di samping itu pula Tuhan tidak pernah tidur, dia selalu menemani setiap langkahnya. Beliau memang pantas untuk mendapatkan penghargaan yg terbaik buat hidupnya...Keep Moving ForwarD Mr.A.Toib!!!Remember God never sleep....

Anonim mengatakan...

setuju sm mr yups, idenya bgs bgt. bisa dijadiin teladan kemandirian, kesederhanaan, dan ketidakputusasaan. pelajaran yg penting bgt buat bnyk org. tp, dlm artikel msh bnyk penggunaan bhs yg kurang resmi. klo bkn buat media massa dan bertujuan spy lbh akrab, mgk ga masalah. tp klo bwt media massa, mgk hrs sedikit di ubah. but, over all, semua oke. bgs bgt!!!

Anonim mengatakan...

topik yang diangkat menarik.tokoh yang diangkat beserta jalan hidupnya memberikan inspirasi.terkadang penyajian berita itu memang tidak selalu informatif, kadang2 ada bagusnya kalau bisa menginspirasi orang banyak.tp dari penyajian bahasa masih kurang.alur cerita masih lompat-lompat.kurang beruntut.
buat yang hoby fotografi artikel ini bagus.lihatlah seorang yang tidak punya pendidikan fotografi tp bisa menghidupi keluarga karena kegigihannya apalagi sekarang buat yang mau menekuni fotografi kesempatan sangat terbuka yang penting mau berusaha dan gigih.

Anonim mengatakan...

waaah salut nich ma bang toib udah tua tapi tetap semangat meraba2 eh salah maksudnya membara!!!photonya juga ok!!artikelnya cukup menarik...cuman mo kasih masukan dikit nich bahasa yang digunakan kayaknya nanggung, bahasa gaul nanggung, bahasa untuk media yang baku juga nanggung he..he..he..mo pilih mana bahasa gaul or yang baku???hayoo..biar ga terkesan kaku..dan bacanya lebih asyik lagi, ok dech!!maju terus!!

TERBANG KESANA KEMARI mengatakan...

Untuk para fotografer masa kini:
Nggak usah sombong. Di atas langit ada langit, bos... Belajar dari pengalaman orang-orang yang merasakan pahitnya dunia fotografi. This man's so great!!!!!
Visit mine: terbangkesanakemari.blogspot.com

Anonim mengatakan...

feature memang membidik sisi lain kehidupan dimana semua yang membacanya dapat larut dalam untaian kata-kata yang menggugah emosi. Konsepnya yang bagus, ada semacam pertentangan antara kehidupan The Doctor vs A. Toib. Ada baiknya jika semua tulisan yang di publikasikan merupakan suatu realita yang memang dekat dengan kita, gak perlu jauh-jauh lah...
Anyway Good Luck 4 U ALL!

Anonim mengatakan...

bagus bgt deh crita'na mungkin dr tata bahasa'na ja yg krang beraturan n krang sempurna n lebih banyak lagi cerita rakyat kecil yaaa....... good luck 4 u

Anonim mengatakan...

bagus bangget deh crita'na n gw suka mungkin dr tata bahasa'na aja yg kurang n mungkin lbih bnyak lagi crita ttng rakyat kecil yaaaa........ good luck 4 u

Anonim mengatakan...

crita ny bagus.ttg rakyat kecil yg punya smgt tinggi dan pantang menyerah bahkan dalam kondisi yg sgt sulit.tp penyusunan kalimt ny ad yg rancu gt.tolg di prhatikn deh kata-kata ny.tp ttp ok kok. Good luck ya...!

Anonim mengatakan...

Waah...cerita yang bagus niih..paling tidak bisa menggugah hati kita sebagai anak muda untuk belajar memaknai hidup.Sekilas tema yang diangkat biasa..tapi saya salut..banyak hal kecil yang orang "remehkan" tapi justru masalah penting.Semoga gagasan sederhana ini bisa menggugah banyak orang.

Anonim mengatakan...

tema biasa aja, hanya kebetulan jalan kehidupan narasumber banyak memberikan inspirasi dan motivasi dalam menghadapi kerasnya hidup.
dari segi tulisan, masih banyak yang harus diperbaiki. bahasa terlalu bertele-tele. banyak kata atau kalimat yang seharusnya bisa diringkas. lebih perbanyak lagi membaca tulisan-tulisan orang yang sudah punya nama. sehingga memiliki pengetahuan mengeani istilah, kata yang dibisa di ulang, dengan kata-kata yang lain, yang memiliki arti yang sama/ mendeketati kesamaan.
good luck yah

Anonim mengatakan...

tema biasa aja, hanya kebetulan jalan kehidupan narasumber banyak memberikan inspirasi dan motivasi dalam menghadapi kerasnya hidup.
dari segi tulisan, masih banyak yang harus diperbaiki. bahasa terlalu bertele-tele. banyak kata atau kalimat yang seharusnya bisa diringkas. lebih perbanyak lagi membaca tulisan-tulisan orang yang sudah punya nama. sehingga memiliki pengetahuan mengeani istilah, kata yang dibisa di ulang, dengan kata-kata yang lain, yang memiliki arti yang sama/ mendeketati kesamaan.
good luck yah

Saul Goorkey mengatakan...

Trima kasih buat saran dari teman-teman semua. Saran yang kelian berikan sangat berarti bagi kami, dan mudah-mudahan membawa perbaikan dimasa yang akan datang.


Salam:

Saul Gookey (administrator)

Anonim mengatakan...

ide ceritanya bagus, cm kata2 nya agak kurang rapi penulisannya, mungkin buru2 atau ngebut kali ya,..
trus kata2nya juga kurang formal, sebenernya gak masalah kali ya, kalo segmennya anak muda,,
trus, pas cerita soal pekerjaan yang pernah dilakukan si A.toib, terlalu banyak pengulangan kata "dia pernah.." jd kaya bertele2, trus.. kayanya lebih enak kata "dia" nya diganti dengan kata "beliau" jd agak terasa segi hormat nya..
sorry kalo agak salah komennya..